Copyright fbrhmn. Powered by Blogger.

Archive for September 2011

MONITOR KOMPUTER


posted by feby rahmana on , , , , , , ,

No comments

Monitor komputer adalah salah satu jenis soft-copy device, karena keluarannya adalah berupa sinyal elektronik, dalam hal ini berupa gambar yang tampil di layar monitor. Gambar yang tampil adalah hasil pemrosesan data ataupun informasi masukan. Monitor memiliki berbagai ukuran layar seperti layaknya sebuah televisi. Tiap merek dan ukuran monitor memiliki tingkat resolusi yang berbeda. Resolusi ini lah yang akan menentukan ketajaman gambar yang dapat ditampilkan pada layar monitor. Jenis-jenis monitor saat ini sudah sangat beragam, mulai dari bentuk yang besar dengan layar cembung, sampai dengan bentuk yang tipis dengan layar datar (flat).

Jenis-jenis monitor
Untuk saat ini monitor komputer terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:
o    monitor Tabung sinar katoda
o    monitor LCD
o    monitor plasma
o    monitor OLED

Monitor Tabung sinar katoda

















Tabung sinar katoda (bahasa Inggris: cathode ray tube atau CRT), ditemukan oleh Karl Ferdinand Braun, merupakan sebuah tabung penampilan yang banyak digunakan dalam layar komputer, monitor video, televisi dan oskiloskop. CRT dikembangkan dari hasil kerja Philo Farnsworth yang dipakai dalam seluruh pesawat televisi sampai akhir abad 20, dan merupakan dasar perkembangan dari layar plasma, LCD dan bentuk teknologi TV lainnya.

Penjelasan perangkat
Versi paling awal CRT adalah sebuah dioda katoda-dingin, sebuah modifikasi dari tabung Crookes (lihat sinar-X) dengan layar dilapisi fosfor, kadangkala dinamakan tabung Braun. Versi pertama yang menggunakan kathoda panas dikembangkan oleh J.B. Johnson (yang merupakan asal istilah noise Johnson) dan H.W. Weinhart dari Western Electric dan menjadi produk komersial pada 1922.
Sinar katoda adalah aliran elektron kecepatan tinggi yang dipancarkan dari katoda yang dipanasi oleh elemen pemanas (heater) didalam sebuah tabung vakum.
Dalam tabung sinar katoda, elektron-elektron secara terarah, diarahkan menjadi pancaran elektron, dan pancaran elektron ini difokuskan dengan alat "defleksi yoke" oleh medan magnetik untuk diarahkan kearah posisi Horisontal dan Vertikal untuk men"scan" permukaan di ujung pandang (anode), yang sebaris dengan bahan berfosfor (biasanya berdasar atas logam transisiatau rare earth. Ketika elektron menyentuh material pada layar ini, maka elektron akan menyebabkan timbulnya cahaya. Untuk keperluan layar CRT ini supaya fosfor berpendar atau bercahaya diperlukan tegangan tinggi yaitu sekitar 25 Kilo Volt sampai 27 Kilo Volt dibangkitkan oleh alat yang bernama Flayback.
Sebelum elektron ini menyentuh fosfor, dilayar tabung kaca elektron-elektron itu menembus pelat yang sangat tipis yang berlobang-lobang disebut skrin yang hampir sama luasnya dengan lebar layar tabung untuk memfokuskan tiga bintik warna RGB ( Red, Green, Blue ) untuk tabung layar warna. Pelat logam ini sangat tipis dan peka terhadap mangnit, jika magnit kuat akan merubah bentuk pelat ini sehingga tidak rata dan terjadilah warna yang semburat dan acak kerena tembakan elektron tidak terfokus pada ketiga titik bintik-bintik RGB, dan kejadian ini disebut degausing.
Secara teori, CRT dan LCD memiliki perbedaan di mana CRT menggunakan elektron yang ditembakkan ke layar sehingga mewarnai menjadi suatu gambar. LCD memiliki cahaya di belakang yang konstan di mana intensitas kecerahan menjadi berbeda karena adanya penutupan/penghalangan dari molekul untuk sinar yang melewati panel.






Monitor LCD / Penampil kristal cair


















Penampil kristal cair (Inggris: liquid crystal display; LCD) adalah suatu jenis media tampilan yang menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. LCD sudah digunakan di berbagai bidang misalnya dalam alat-alat elektronik seperti televisi, kalkulator ataupun layar komputer. Kini LCD mendominasi jenis tampilan untuk komputer meja maupun notebook karena membutuhkan daya listrik yang rendah, bentuknya tipis, mengeluarkan sedikit panas, dan memiliki resolusi tinggi.
Pada LCD berwarna semacam monitor, terdapat banyak sekali titik cahaya (piksel) yang terdiri dari satu buah kristal cair sebagai sebuah titik cahaya. Walau disebut sebagai titik cahaya, kristal cair ini tidak memancarkan cahaya sendiri. Sumber cahaya di dalam sebuah perangkat LCD adalah lampu neon berwarna putih di bagian belakang susunan kristal cair tadi.
Titik cahaya yang jumlahnya puluhan ribu bahkan jutaan inilah yang membentuk tampilan citra. Kutub kristal cair yang dilewati arus listrik akan berubah karena pengaruh polarisasi medan magnetik yang timbul dan oleh karenanya akan hanya membiarkan beberapa warnaditeruskan sedangkan warna lainnya tersaring.



Monitor tampilan plasma

Tampilan plasma adalah sebuah tampilan layar datar emisif di mana cahaya dihasilkan oleh phosphor yang tereksitasi oleh sebuah pelepasan muatan plasma antara dua layar datargelas. Gas yang dilepas muatannya tidak mengandung merkuri (berlawanan dengan AMLCD); sebuah campuran gas mulia (neon dan xenon) digunakan. Campuran gas ini sulit bereaksi dan sama sekali tidak berbahaya.

Tampilan plasma diciptakan di Universitas Illinois oleh Donald L. Bitzer dan H. Gene Slottow pada 1964 untuk Sistem Komputer PLATO. Panel monochrome orisinal (biasanya oranyeatau hijau) menikmati penggunaan yang bertambah pada awal 1970-an karena tampilan ini kuat dan tidak membutuhkan sirkuit memori dan penyegaran. Namun diikuti oleh kurangnya penjualan yang dikarenakan perkembangan semikonduktor memori membuat tampilan CRT sangat murah pada akhir 1970-an. Dimulai dari dissertasi PhD Larry Weber dari Universitas Illinois pada 1975 yang berhasil membuat tampilan plasma berwarna, dan akhirnya berhasil mencapai tujuan tersebut pada 1995. Sekarang ini sangat terangnya dan sudut pandang lebar dari panel berwarna plamsa telah menyebabkan tampilan ini kembali mendapatkan kepopulerannya.



Monitor OLED























Organic Light-Emitting Diode (OLED) atau dioda cahaya organik adalah sebuah semikonduktor sebagai pemancar cahaya yang terbuat dari lapisan organik. OLED digunakan dalam teknologi elektroluminensi, seperti pada aplikasi tampilan layar atau sensor. Teknologi ini terkenal fleksibel dengan ketipisannya yang mencapai kurang dari 1 mm.

Latar Belakang
Teknologi OLED ditemukan oleh ilmuwan Perusahaan Eastman Kodak, Dr. Ching W. Tang pada tahun 1979. Riset di Indonesia mengenai teknologi ini dimulai pada tahun 2005. OLED diciptakan sebagai teknologi aternatif yang mampu mengungguli generasi tampilan layar sebelumnya, tampilan kristal cair (Liquid Crystal Display atau LCD). OLED terus dikembangkan dan diaplikasikan ke dalam piranti teknologi tampilan.


Teknologi OLED
OLED merupakan piranti penting dalam teknologi elektroluminensi. Teknologi tersebut memiliki dasar konsep pancaran cahaya yang dihasilkan oleh piranti akibat adanya medan listrikyang diberikan. Teknologi OLED dikembangkan untuk memperoleh tampilan yang luas, fleksibel, murah dan dapat digunakan sebagai layar yang efisien untuk berbagai keperluan layar tampilan.
Jumlah warna dari cahaya yang dipancarkan oleh piranti OLED berkembang dari satu warna menjadi multi-warna. Fenomena ini diperoleh dengan membuat variasi tegangan listrik yang diberikan kepada piranti OLED sehingga piranti tersebut memiliki prospek untuk menjadi piranti alternatif seperti teknologi tampilan layar datar berdasarkan kristal cair.

Struktur lapisan
Struktur OLED terdiri atas lapisan kaca terbuat dari oksida timah-indium yang berfungsi sebagai elektroda positif atau anoda, lapisan organik dari diamine aromatik dengan ketebalan 750 nm, lapisan pemancar cahaya yang terbuat dari senyawa metal kompleks misalnya 8-hydroxyquinoline aluminium, dan lapisan elektroda negatif atau katoda terbuat dari campuran logam magnesium dan perak dengan perbandingan atom 10:1. Konstruksi keseluruhan lapisan tidak lebih dari 500 nm, artinya OLED sama tipis dengan selembar kertas.

Desain piranti
Bagian penting dari piranti OLED adalah lapisan elektroda dan lapisan tipis yang terdiri dari molekul-molekul organik sebagai pemancar cahaya dimana keduanya disusun bertumpuk. Lapisan organik dapat dimendapkan dengan teknik yang relatif sederhana yaitu pelapisan memutar (spin coating) sedangkan lapisan elektroda dimendapkan menggunakan teknikpenguapan (evaporation). Lapisan elektroda dibuat dari bahan logam transparan atau semi-transparan seperti Indium Tin Oxide (ITO) atau aluminium (Al). Sifat transparan memungkinkan cahaya yang terpancar dari struktur piranti keluar secara optimal.

Mekanisme kerja
Mekanisme kerja OLED yaitu jika pada elektroda diberikan medan listrik, fungsi kerja katoda akan turun dan membuat elektron-elektron bergerak dari katoda menuju pita konduksi di lapisan organik. Keadaan ini mengakibatkan munculnya lubang (hole) di pita valensi. Anoda akan mendorong lubang untuk bergerak menuju pita valensi bahan organik. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya proses rekombinasi elektron dan lubang di dalam lapisan organik dimana elektron akan turun dan bersatu dengan lubang lalu memberikan kelebihan energi dalam bentuk foton cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Pada akhirnya akan diperoleh satu jenis pancaran cahaya dengan panjang gelombang tertentu bergantung pada jenis bahan pemancar cahaya yang digunakan.

Aplikasi
Pengembangan teknologi OLED di Indonesia tepat dengan realitas yang ada yaitu pengembangan teknologi yang disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang terbatas dengan upaya memperoleh hasil yang optimal. Teknologi OLED sebagai layar alternatif dijadikan sebagai bentuk upaya untuk mengejar tertinggalnya teknologi yang ada agar tidak semakin jauh sehingga dapat mengurangi ketergantungan penggunaan produk teknologi dari negara industri maju.
Di Indonesia, beberapa teknologi layar tampilan dengan teknologi OLED sudah masuk ke pasar, mulai dari alat penerangan, alat konsumsi rumah tangga seperti televisi, gadget seperti telepon genggam, papan ketik (keyboard), kamera digital, jam tangan digital, komputer jinjing (laptop), layar komputer, sampai pada alat informasi seperti layar pengumuman di pasar swalayan, bandara, hotel atau rumah sakit.




 Sumber : wikipedia



Tugas I Bahasa Indonesia - Sikap Kesetiaan Bahasa


posted by feby rahmana on , , , , , , ,

No comments

Menunjukkan / menganalisis / memberikan tanggapan sebuah tulisan / wacana yang menyatakan sikap kesetiaan bahasa atau sikap kebanggaan bahasa.

Pada tugas pertama ini saya akan memberikan tanggapan pada suatu potongan tulisan dari sebuah novel berjudul kening karya Rakhmawati Fitri.  Buku ini bersifat fiksi dan merupakan buku yang sengaja di buat untuk para remaja, sehingga banyak sekali ditemukan gaya bahasa yang tidak baku, seperti gaya bahasa anak remaja zaman sekarang, bahkan bahasa asing sekalipun turut meramaikan tulisan novel ini. Untuk itu, marilah kita simak beberapa penggal kalimat yang telah sengaja diambil untuk menunjukkan sejauh mana sikap kesetiaan bahasa digunakan.

“Wow, hebat banget deh Amara ini. Kalo aja gue seberani dia. Jangankan ngajak Agra sama temen-temen kampusnya buat jalan dan traktir mereka makan just like she did (basic rule deketin cowo : perutnya dulu, temen-temennya, baru hatinya), sms-an sama Agra aja gue gak pernah. Padahal gue sahabatan sama Agra berbulan-bulan. Paling Agra hanya sms gue kalau dia mau nyamper atau memang ada perlu yang penting banget. Kirim sms buat request lagu pas gue siaran aja gak pernah. Jadi gue gak terlalu kaget sih ketika akhirnya Amara sukses deketin temen-temen Agra dan berhasil ngajak Agra candle lite dinner on the Saturday night. Kalau Agra masih bilang it isn’t a date, I’ll punch him on the face! Dan tentunya malam minggu kali ini Agra gak datang nyamper gue ke Ardan.”

Sejauh mata memandang, pada tulisan diatas terdapat banyak sekali penggunaan gaya bahasa selain gaya bahasa yang telah disempurnakan. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya penggunaan bahasa remaja zaman sekarang, ditambah beberapa kalimat asing yang artinya tidak dilampirkan secara harfiah. Tapi, karena memang tujuan utama dari novel ini adalah remaja, maka tidak disalahkan jika ternyata bahasa yang digunakan adalah bukan bahasa baku Indonesia walaupun seharusnya sebagai remaja Indonesia kita harus melestarikan bahasa negara kita sendiri bahkan lewat tulisan sekalipun.

Berikut adalah tanggapan dan analisis saya terhadap tulisan yang telah dibuat diatas :
Hebat banget deh Amara ini. Seharusnya banget itu bisa diganti dengan sekali. Berikut juga dengan deh, akan lebih baik jika diganti dengan ya. Setelah itu penggunaan kata ganti orang pertama, yaitu saya. Kalo aja gue seberani dia. Seharusnya gue itu bisa diganti dengan saya, ataupun aku yang mempunyai makna lebih baik dibandingkan dengan gue karena gue merupakan bahasa yang digunakan remaja pada umumnya. selain itu, banyak juga ditemukannya kesalahan pada kurangnya imbuhan yang diberikan pada suatu kata sehingga mengurangi makna kata tersebut, seperti ngajak dan ngedeketin. Seharusnya ngajak itu mengajak sedangkan ngedeketin itu mendekati. Penggunaan kata yang disingkat-singkatpun juga banyak ditemukan pada tulisan ini, seperti aja dan gak. Seharusnya aja itu adalah saja dan gak itu adalah tidak. Menyingkat kata merupakan hal yang sering dilakukan remaja. Namun, hal itu dapat mengurangi makna dari kata yang disingkat. Kata-kata yang berubah dari kata aslinya juga ada, seperti nyamper. Nyamper itu seharusnya diganti dengan mendatangi.

Selain penggunaan bahasa yang diubah, dikurangi, bahkan disingkat-singkat, terdapat pula penggunaan bahasa asing yaitu Inggris dalam novel diatas. Padahal, bila menggunakan bahasa Indonesia akan membuat makna dari kalimat tersebut lebih “Indonesia” dan enak dibaca walaupun tantangan yang dihadapi adalah masalah penduniaan bahasa yang dimiliki oleh bahasa Inggris. Banyak orang bahkan bocah muda belia yang sudah menggunakan bahasa asing sebagai bahasa utamanya. Banyak orang tua yang sudah mendaftarkan anak-anak mereka untuk mengikuti les bahasa asing sedari dini mungkin demi mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi masalah penduniaan bahasa. Namun, tidak ada salahnya bila kita mendasari diri kita dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena kalau bukan orang Indonesia sendiri yang menduniakan bahasa Indonesia siapa lagi? Tentu kita ingin membuat bahasa ibu pertiwi ini menjadi bahasa yang diakui secara dunia. Kembali ke topik pembahasan novel diatas, just like she did, basic rule, candle lite dinner on the Saturday night, it isn’t a date, I’ll punch him on the face! Merupakan contoh dari penggunaan bahasa asing yaitu bahasa Inggris. just like she did berarti seperti yang telah dia lakukan, basic rule berarti peraturan dasar, candle lite dinner on the Saturday night berarti makan malam di hari sabtu ditemani dengan lilin yang menandakan kemesraan dalam makan malam, it isn’t a date, I’ll punch him on the face jika bukan pacaran, saya akan memukul mukanya.

Sebenarnya buku ini memang merupakan buku yang ditujukan untuk pasar remaja sehingga hampir seluruh gaya bahasa yang dituturkan sang penulis merupakan gaya bahasa remaja, maupun bahasa asing sekalipun. Tidak ada yang salah dengan buku ini karena buku ini merupakan buku fiksi yang bertujuan untuk menghibur pembacanya, yaitu dari kelucuan bahasa yang digunakan. Namun alangkah baiknya jika kita sebagai remaja Indonesia bisa memulai kembali untu, melestarikan gaya bahasa Indonesia yang sudah jarang digunakan. Kalau bukan kita, siapa lagi?